Agama, Ideologi, dan Kasih
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Amsal 4:23.
Adalah suatu hal yang normal kalau manusia memikirkan hal lahiriah, apa yang dilihatnya yang menjadi fokusnya, dan menyerahkan segala sesuatunya kepada pikirannya. Melupakan hati yang adalah pusat kehidupan batiniah. Itulah sebabnya manusia lebih suka mengandalkan pikirannya sendiri daripada mengandalkan Tuhan dan segala sesuatu harus dapat dimengerti dan diterima pikiran, sehingga manusia bertuhankan pikirannya sendiri.
Kehidupan orang percaya adalah kehidupan percintaannya dengan Allah. Intinya adalah kasih, tidak ada yang lain, adalah sesuatu yang tidak mungkin di dalam Kristen terjadi perpecahan. Tetapi kenyataannya justru perpecahan yang paling banyak terjadi di dalam kelompok Kristen, dan hal ini terjadi bukan karena kasih, tetapi ideologi yang hidup di dalam pikiran yang dianggap kebenaran. Sedangkan Kebenaran ialah Kristus yang adalah roh dan tidak berkenaan dengan pikiran, tempatnya dihati. Kebenaran tidak dapat ditangkap atau dimengerti oleh pikiran, tetapi manusia memampukan pikirannya untuk menangkap kebenaran, maka terjadilah ideologi.
Di mana ada ideologi, disitulah timbul perpecahan. Sebab ideologi berkembang dengan perkembangan yang berbeda-beda, sedangkan kasih berkembangnya semakin mengasihi dan semakin meniadakan yang bernilai negatif, itulah sebabnya kasih tidak dapat melihat perbedaan dan tidak dapat menilai. Hati kecil manusia mencari kasih, tetapi pikiran manusia begitu kuat untuk mencari dan menegakkan haknya. Agama menuntut, tetapi kasih memberi. Begitu butanya orang Kristen sampai tidak bisa mawas diri.
Berbicara kasih-kasih-kasih, tetapi menolak saudara-saudaranya (1Yohanes 2:9-11). Perpecahan demi perpecahan terjadi. Itukah Kristen? Itukah kasih? (ZS)