If Jesus Has Set Me Free, I’m Free Indeed!
Yohanes 8:31−34, 36, “Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap di dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Jawab mereka: “Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.”
Setiap kita sudah sepatutnya bersyukur bahwa bukan karena kekuatan, kemauan, dan usaha/kerja keras kita dapat diselamatkan oleh Tuhan Yesus, melainkan karena kasih karunia oleh iman (Efesus 2:8). Firman Tuhan menegaskan bahwa melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus, kita dijadikan orang-orang merdeka (bebas) atas kuasa dosa, bahkan lebih daripada orang-orang yang menang. Kebenaran firman Tuhan yang satu ini pasti telah kita ketahui, tetapi pertanyaannya adalah mengapa banyak anak-anak Tuhan masih jatuh dalam dosa? Mengapa kita sebagai orang-orang percaya masih berjuang melawan pergumulan atau dosa yang sama lagi dan lagi? Sehingga dengan kenyataan ini, beberapa orang yang tidak mengenal Tuhan yang melihat kehidupan orang Kristen, dengan ekstremnya mengajukan satu pertanyaan, “Apakah pengorbanan atau karya Tuhan itu benar-benar membebaskan manusia atas kuasa dosa?”
Teman-teman, pengorbanan Tuhan Yesus adalah pengorbanan yang sempurna! Pengorbanan Tuhan Yesus itu bukan hanya sekedar mematahkan kuasa dosa tetapi memperdamaikan kita dengan TUHAN Allah. Hanya, letak permasalahannya adalah apakah kita telah sungguh-sungguh mengenal kebenaran? Tidak sedikit anak-anak muda yang kurang mampu memahami atau mengerti perbedaan mendasar antara tahu dan mengenal dalam aspek kehidupan. Memang di dalam Bahasa Inggris, kata ‘tahu’ dan ‘mengenal’ sama-sama menggunakan verba (kata kerja) “know”. Tetapi, mengenal dan sekedar tahu bagaikan langit dan bumi perbedaan maknanya. Sekedar tahu merupakan sebuah syndrome yang marak dalam generasi millennial ini, karena segala informasi dapat diperoleh dengan cepat dan mudah menggunakan gadget, atau lebih tepatnya dengan bantuan “Mbah Google”. Buruknya adalah pola pikir seperti ini juga merambat dalam kehidupan kerohanian. Sebagai contoh, kita yang sebelumnya sulit membaca dan merenungkan firman Tuhan secara pribadi, dengan bantuan Aplikasi tertentu, kita akan mendapat ayat bacaan dan perenungan komplit, sehingga tidak perlu repot-repot bertanya kepada Tuhan apa yang Dia mau, toh ada orang-orang yang (mungkin) lebih dekat kepada Tuhan, jadi lebih “memberkati” perenungannya. Aku tidak pernah melarang untuk menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut, tetapi betapa kelirunya apabila kita hanya mengandalkan perenungan orang lain untuk memperlengkapi kita. Tahukah teman-teman, tanpa sadar kita sedang ‘menyakiti’ hati Tuhan, karena melalui tindakan kita ini, kita seperti berkata kepada Tuhan, “Tuhan, sepertinya aku lebih tertarik dengan apa yang Engkau berikan kepada saudaraku daripada apa yang Engkau sudah sediakan bagiku”. Bayangkan perasaan Tuhan yang sangat rindu mencurahkan isi hati-Nya kepada kita secara khusus, tetapi yang kita ingin nikmati adalah apa yang Tuhan berikan kepada orang lain. Intinya, sekedar tahu itu menunjukkan ketidakpedulian, kemalasan, dan kepentingan diri sendiri (egois). Oleh karena itu, jangan menjadi orang Kristen yang cuma sekedar tahu! Rugi! (Baca: Mazmur 34:9)
Sebaliknya, untuk mengetahui sesuatu, atau lebih tepatnya untuk mengenal seseorang dibutuhkan proses, pengorbanan, dan hati yang rindu untuk mengenal dia lebih dalam. Kata ‘mengetahui kebenaran’ di ayat ke-32, di dalam Bahasa Inggris tertulis you will know the truth. Alkitab Perjanjian Baru ditulis dalam Bahasa Yunani, dan dalam ayat ini, makna dari kata ‘mengetahui’ di sini adalah mengenal dalam perspektif (sudut pandang) pribadi. Sehingga dapat kita simpulkan, maksud dari firman Tuhan ini adalah kita mengenal Pribadi, di mana Pribadi itu adalah Kebenaran. Melalui pengenalan inilah kita akan mengerti bagaimana caranya supaya kita menjadi orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh merdeka!
Langkah-langkah untuk dapat mengalami kemerdekaan sejati dan kemenangan adalah:
- Tetap tinggal di dalam firman Tuhan (… kamu tetap di dalam firman-Ku – ayat 31)
- Belajar mengenal Pribadi Tuhan Yesus (… mengetahui kebenaran – ayat 32)
Teman-teman, mari saya ajak untuk kita perhatikan dengan seksama, ayat-ayat yang telah kita baca! Tuhan Yesus berkata bahwa jika kita tinggal dalam firman, maka kita benar-benar adalah murid-Nya, dan kita mengetahui (mengenal Pribadi) kebenaran, dan kebenaran itu akan membebaskan kamu. Sadarkah kita bahwa tidak mungkin benda mati mampu melakukan sesuatu? Maka, pada dasarnya, kebenaran itu bukan objek, tetapi subjek! Bukankah kita semua mengetahui bahwa Tuhan Yesus pernah berkata, “Akulah jalan, KEBENARAN, dan hidup” (Yohanes 14:6)? Firman Tuhan dalam 1 Yohanes 5:7 berkata, “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, FIRMAN, dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.” Dalam Yohanes 8:36 dikatakan bahwa, “Apabila ANAK itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.” Maka, FIRMAN, KEBENARAN, DAN ANAK menunjuk kepada Satu Pribadi yang sama, yaitu TUHAN YESUS. Jika kita ingin sungguh-sungguh merdeka, maka kita harus tinggal di dalam Yesus, dan belajar untuk mengenal Yesus. Apabila 2 hal ini kita sudah lakukan, maka Dia pasti sungguh-sungguh memerdekakan kita! Tuhan Yesus memberkati!