Setia Dalam Anugerah-Nya

Jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita;  jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.  2 Timotius 2:12-14.

Apakah yang disukai kepada seseorang? Amsal mengatakan bahwa: sifat yang dinginkan kepada seseorang adalah kesetiaannya ( Amsal 19:22a). Kesetiaan adalah loyalitas, ketulusan, tidak melanggar janji atau berkhianat, perjuangan dan anugerah.

Kesetiaan menjurus kepada suatu hubungan satu dengan yang lain. Hubungan yang baik dan harmonis bila antara kedua tidak beringkar kepada janji yang telah disepakati antara pihak satu dengan yang lain, serta berkomitmen sekuat tenaga untuk melakukan setiap janji tersebut. Contoh dalam hubungan suami-istri, sumpah janji yang diucapkan pada waktu pernikahan dihadapan Tuhan dan disaksikan oleh jemaat-Nya. Janji ini tidak boleh dilanggar walau apapun keadaannya.  Harus berusaha sedemikian rupa untuk mengerjakannya.

Hidup dalam anugerah Tuhan dibutuhkan kesetiaan. Yesus Kristus telah membeli dan membayar dengan lunas agar kita kembali kepada rancangan-Nya yang semula, yaitu menjadi serupa dan segambar dengan-Nya. Gambar dan rupa Allah yang rusak akibat dosa dalam  kita dibaharukan dan terus diperbaharui dari kesehari  di dalam Yesus Kristus. Pembaharuan yang terus menerus dituntut kepada kita untuk setia di dalam-Nya. Mengapa? Karena lewat pembaharuan-Nya seringkali “merontokkan” atau “mempermalukan” manusia daging kita supaya munculnya manusia rohaniah yaitu gambar dan rupa Allah. Menyangkal keinginan daging dan mengerjakan firman-Nya dengan tekun adalah hidup setia dalam anugerah-Nya. Upahnya adalah kita akan memerintah bersama-Nya dalam kekekalan-Nya. (SAZ)

 

You may also like...