God Fulfills The Hopes Of His People (Allah Penuhi Akan Harapan Umat-Nya)

Tema Oktober         : BELIEVE IN HIM

Judul                         : God Fulfill The Hope of His People
  (Allah Penuhi Harapan Umat-Nya)

Ayat                           : Yeremia 17:7, Ibrani 6:19, Nehemia 8:10, Roma 12:12

 

Percaya kepada Tuhan dengan iman berarti kita tetap berpegang kuat pada janji Tuhan yang tidak berubah meskipun keadaan atau situasi di sekitar kita berubah-ubah. Karena iman dan koneksi kita kepada Tuhan tidak pernah bisa dibatasi oleh apapun.

Salah satu hal yang berkaitan dengan iman adalah “harapan”. Dan sebuah pengharapan selalu dibutuhkan oleh setiap orang untuk bisa melanjutkan kehidupan hari demi hari. Sebagai orang beriman, kita percaya bahwa Allah sanggup memenuhi harapan umat-Nya.

Meskipun situasi dan kondisi pandemi saat ini belum berubah, kita memiliki pengharapan melalui janji Tuhan. Sekalipun banyak keterbatasan dalam ibadah gerejawi, kita tetap bisa mengucap syukur karena Tuhan masih memberi kesempatan untuk beribadah tatap muka.

Sebagai orang ber-iman kita harus memiliki harapan atau pengharapan karena:

  • Harapan adalah sebuah langkah awal sebelum kita bisa melihat langkah-langkah selanjutnya sampai garis finish. Dan langkah selanjutnya ini kita percaya sebagai langkah demi langkah menuju sesuatu yang lebih baik yang sudah disediakan Tuhan bagi kita. 
  • Harapan atau “HOPE” adalah Hold On Pain End, maksudnya bersabar, bertahan dan menanti dengan kuat sampai penderitaan, problem, pengujian, permasalahan, ataupun penyakit berakhir. Berpegang kuat sampai pada satu pengharapan garis finish yaitu sampai permasalahan selesai. Kita perlu pengharapan untuk bisa bertahan.
  • Harapan diperlukan di tengah masa sukar supaya kita tetap berada dalam zona berkat. Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! (Yeremia 17:7). Ketika kita berpegang pada pengharapan janji Tuhan, maka Tuhan tidak pernah mengecewakan. Di tengah masa pandemi, kita harus berpegang kuat dan menaruh harapan kepada Tuhan yang tidak berubah.
  • Harapan di tengah pandemi adalah waktu bagi kita untuk membangun ketahanan rohani pribadi masing-masing jemaat secara mandiri dengan menaruh harapan kepada Tuhan. Ketika suasana hati kita diombang ambingkan oleh keadaan, tetapi karena pengharapan kita tertancap kuat di hati Tuhan bagai sauh yang kuat, maka iman kita tetap kuat dan tahan uji yang menghasilkan ketekunan. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, (Ibrani 6:19). Kita harus membangun kemandirian rohani di tengah situasi new normal. Kita juga harus membangun kehidupan doa pribadi kepada Allah melalui pengantara kita Yesus Kristus, supaya kita tetap kuat di dalam Tuhan, meskipun dunia berubah, tetapi Tuhan dan kasih-Nya tidak berubah. Sukacita yang menjadi kekuatan kita adalah di dalam Tuhan dan terus ada dalam hadirat-Nya. (Nehemiah 8:10, The Joy of The Lord is My Strength). Dan sukacita dari Tuhan ini yang menjadi kekuatan bagi kita untuk tetap melaju di tengah situasi pandemi ini. 
  • Harapan tidak boleh hilang dalam setiap langkah kehidupan kita (never lose hope) meskipun pada kenyataannya perjalanan kehidupan ini tidak gampang dan seringkali tidak sesuai dengan rencana kita. Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing yang penuh dengan tantangan, tetapi jangan sampai hilang pengharapan. Tuhan Yesus ketika berada di dunia dan Rasul Paulus pernah mengalami hal seperti tersebut di atas, tetapi mereka menaruh harapannya kepada Allah dan menjalaninya dengan sukacita dalam kekuatan ilahi. Meneladani hal ini, maka setiap kesulitan harus kita atasi dan itu merupakan tanggungjawab kita, tetapi tentang kemustahilan, maka itu adalah bagian Allah.
  • Harapan membuat kita tidak menolak kenyataan, tetapi membuat kita bisa melihat kenyataan sekaligus melihat pengharapan dan menggabungkannya dengan janji Tuhan. Hal ini juga yang dilakukan oleh Yesus sehingga Dia bisa melewati Getsemani, Via Dolorosa, Golgota, Kebangkitan dan Hidup yang kekal (Lukas 22:42). Demikian juga Rasul Paulus mampu menjalani pelayanannya dengan sukacita meskipun dia mengalami banyak kesukaran dalam hidupnya yang dia sebut “duri dalam daging” (2 Korintus 12:8-9). Bagi kita saat ini daripada melawan atau menyangkal kenyataan lebih baik kita merangkul dan membawanya kepada Tuhan yang berdaulat yang akan menuntun kita melewati pandemi. Sehingga kita bisa mengucap syukur dan melanjutkan kehidupan dengan penuh sukacita dalam Tuhan.

Hasil yang baik prosesnya tidak mudah, dan selalu ingat bahwa Tuhan dan janji-Nya tidak pernah berubah. Tetaplah membangun hubungan yang intim dengan Tuhan dengan berdoa karena doa adalah intimacy dengan Tuhan. Doa adalah interaksi dengan Tuhan. Doa adalah diskusi dengan Tuhan. Doa adalah komunikasi dengan Tuhan. Kalau kita percaya pada janji Tuhan, maka kita akan dikuatkan senantiasa. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! (Roma 12:12). Amin.


Pertanyaan dan Aplikasi: 
Kita dapat melihat berbagai respon yang muncul ketika sedang ada dalam masalah. Seperti yang sedang dialami oleh semua orang di dunia. Semua orang percaya juga terkena dampak pandemi, dan ada berbagai macam respon yang timbul  pada orang percaya. Ada yang menyerah, ada yang hilang imannya, ada yang menggerutu dan bersungut sungut; namun kita sebagai bagian dari orang percaya yang menghadapi ujian iman ini harus sungguh-sungguh percaya dan berharap pada janji Tuhan supaya menghasilkan iman yang tahan uji, iman yang semakin kuat, bertahan sampai melihat iman garis akhir yang indah.

Adakah bagian dari hidup Anda yang mengalami ujian iman saat ini? Sharingkan!

[HP]

You may also like...