God’s Purpose For Our Life Birth (Maksud Allah Dalam Hidup Kita)
Tema Bulan Desember : God’s Purpose For His Birth (Maksud Allah Dalam Kelahiran-Nya)
Sub Tema : Maksud Allah atas kelahiran Yesus di muka Bumi.
Ayat : Yohanes 1: 14 – 18 ; Matius 1: 21 – 23
Natal (kelahiran Yesus) adalah bentuk kehadiran Allah di tengah manusia, untuk memberi anugerah dan kasih karunia. Dia hadir dekat dengan manusia, dan oleh karena itu disebut Imanuel.
Makna dari kehadiran Allah di bumi adalah:
- Kesetiaan
Yesus lahir di bumi dan menjadi manusia bukanlah hal yang tiba-tiba terjadi, melainkan sudah dinubuatkan 700 tahun sebelumnya oleh Nabi Yesaya. Allah selalu ingat dan setia akan janji-Nya atas Israel (secara khusus) dan umat manusia (secara umum), dan Ia selalu menggenapinya. Janji-Nya tidak didasarkan kepada sifat moral dan kesetiaan bangsa Israel secara khusus ataupun manusia secara umum tetapi atas diri-Nya sendiri (2 Timotius 2:13).
Allah hadir dalam rupa manusia untuk menjelaskan diri-Nya kepada manusia di dalam kultur dan pemandangan manusia. Dia memperkenalkan diri-Nya sejelas-jelasnya tanpa perantaraan nabi. Perjumpaan dengan Kristus berarti juga perjumpaan dengan Allah. Marilah kita hidup dalam kesetiaan.
- Memberi
Allah mengajarkan suatu sikap memberi, yaitu kita diajar untuk keluar dari kepentingan diri sendiri dan mulai tertuju memperhatikan kepentingan orang lain. Kelahiran Yesus (Natal) memberikan ajaran untuk manusia kembali pada fitrahnya memberi dan juga memperhatikan sesama dan bukan mementingkan diri sendiri. Kasih sebagai ciri kekristenan selalu dibuktikan dengan memberi.
Marilah kita membiasakan diri untuk memberi, sebagai respon akan makna Natal.
- Solidaritas
Allah, melalui diri Yesus ingin menjadi satu bagian dengan umat manusia (sebagai wujud solidaritas), dan hal ini diwujudkan dengan mengambil bagian dalam penderitaan manusia. Dalam kemahakuasaan-Nya, Allah berinisiatif untuk mengambil tempat yang tidak layak, antara lain: Yesus lahir di palungan, tidak memiliki tempat tinggal, bahkan tidak memiliki kuburan, menahan lapar dan haus, ditolak, bergaul dengan kelompok orang yang tersingkirkan. Dia mengambil cara tersebut supaya bisa merasakan yang terburuk dari dunia yang bisa dirasakan manusia.
Marilah kita belajar ber-empati, merasakan problem orang lain seperti problem diri sendiri.
Implikasi / sikap kita :
- Belajar mengucap syukur di dalam hidup walaupun kenyataannya nampak sulit. Tetaplah mengucap syukur dan jangan bersungut-sungut. Meskipun ada alasan untuk mengeluh namun tetap ada alasan untuk bersukacita dan hiduplah dengan apa yang dimiliki bukan yang hilang atau yang tak dimiliki.
- Sadari bahwa Allah selalu hadir bagi kita. Hendaklah kita senantiasa menyadari kehadiran-Nya setiap waktu. Berikan kesempatan kepada Allah untuk menyelesaikan problem kita karena Allah tidak perlu dibantu, tetapi hanya perlu diberi kesempatan.
Pertanyaan dan Aplikasi:
Natal memberi teladan agar kita berani keluar dari diri sendiri dan mulai tertuju pada orang lain. Hal ini mengingatkan kita akan perintah Tuhan “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Dengan cara inilah Tuhan mau kita mengasihi sesama kita tanpa pamrih, tanpa menghitung untung rugi. Bagaimana kita bisa hidup berguna bagi komunitas, dan bukan bagi diri sendiri. Sharingkan!
(HP)