Pengertian Kita dan Kehendak Bapa
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka ia akan meluruskan jalanmu. Amsal 3:5-6.
Dalam pertemuan doa maupun pujian di dalam suatu ibadah, sering kita mendengar kalimat “Jadilah kehendak-Mu”. Sepertinya sangat mudah untuk mengucapkan kalimat tersebut tanpa pemahaman yang mendalam akan maksudnya. Jadilah kehendak-Mu harus melibatkan hati yang sungguh-sungguh rela dan menerima apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita karena pengakuan kita akan kedaulatan Tuhan atas hidup kita (Roma 8:28)
Hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah mengalami lahir baru di dalam rohnya, yang sudah dipulihkan kembali gambar dan rupa Allah serta memiliki sifat-sifat Tuhan di dalam dirinya yang tidak egois atau tidak mementingkan diri sendiri. Orang yang rela melepaskan hak kehendak bebasnya untuk ditaklukkan di bawah kaki Tuhan dan menyerahkan kepada Tuhan. Hal ini tidak mudah, dan tidak dapat dimengerti banyak orang. Kalau kita tetap mempertahankan keinginan kita, tidak mau menaklukkannya di bawah kaki Tuhan, saya ingin katakan bahwa kita tidak akan dapat mengerti akan kehendak Bapa. Sebab kehendak Bapa bertentangan dengan keinginan dan pengertian kita (1 Yohanes 2:15-17), sampai kita berserah total, tenggelam dihanyutkan di dalam aliran kehendak-Nya.
Banyak orang percaya dalam menjalani kehidupan berdoa pada Tuhan untuk mengikuti keinginan dan pengertiannya sendiri mengalami keberhasilan, dan umumnya keberhasilan dalam hal-hal materi, bukan karakter/rohani/batiniah. Dan keberhasilan yang sama juga banyak dialami oleh orang yang tidak mengenal Tuhan. Yang menjadi pertanyaan di mana letak perbedaannya orang percaya dengan orang dunia? (ZS)