Dare to Suffer
Tema Mei: Led By Holy Spirit (Hidup Dipimpin oleh Roh Kudus)
Judul: Dare To Suffer
(Berani Menderita Untuk Bisa Mewarisi Apa Yang Allah Janjikan)
Pembicara : Pdt. Stefanus R. Budiman
Jika kita adalah anak, kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama Kristus, yaitu jika kita menderita bersama Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama Dia. (Roma 8:17 TB2).
Ada 3 hal penting yang dinyatakan oleh Paulus dari teks tersebut antara lain:
• Adanya pengangkatan anak.
• Adanya warisan yang diberikan kepada anak yang diangkat.
• Adanya konsekuensi sebagai harga yang harus ditanggung yaitu panggilan untuk menderita bersama dengan Kristus.
Di dalam budaya Helenisme atau kultur Yunani, mengangkat anak adalah kultur yang umum. Pengangkatan anak adalah hal yang biasa dilakukan. Ada beberapa motivasi pengangkatan anak antara lain:
• Ada pengangkatan anak yang menjadi bagian dari suatu keluarga dengan tujuan mewariskan kekayaan yang dimiliki. (Adopsio).
• Ada pengangkatan anak yang mengacu pada warisan politis (Androgasio). Contoh: Yulius Caesar mengadopsi Octavianus (Kaisar Agustus waktu jaman Yesus). Pada waktu diadopsi dia mewarisi suatu kekuasaan politis dan memiliki otoritas atas daerah tertentu.
Dalam setiap pengangkatan anak selalu diadakan uacara di depan pemerintahan yang sah dan diberikan sertifikat bahwa anak yang diangkat itu statusnya sama dengan anak kandung.
Tentang hal ini Paulus menekankan status kita sebelumnya adalah sebagai budak dosa yang kemudian telah diangkat melalui Roh Kudus dan menjadikan kita sebagai anak Allah. Dan ada waris kekayaan yang yang dimiliki Bapa diberikan kepada kita. Tetapi penerimaan warisan ini juga ada konsekuensi yaitu mengikatkan diri dalam segala penderitaan Kristus Yesus.
Ada 2 pembelajaran penting yang dapat kita petik dari Teks Alkitab tersebut yaitu:
1. Betapa kayanya anugerah Allah kepada mereka yang diberi atau dipilih-Nya.
Melalui Kristus Allah mengadopsi manusia yang buruk dan berdosa menjadi ahli waris-Nya. Tanpa melihat latar belakang kita yang buruk, Allah memberi waris, dan dari adopsi ini kita memiliki status yang baru yang seharusnya akan mengubah pola pikir kita. Seseorang yang bisa melihat dirinya mulia maka ia akan berperlaku mulia dan tidak lagi seperti budak.
2. Keniscayaan bersekutu dalam penderitaan-Nya.
Penderitaan (arti luas) sebagai keniscayaan pengikut-Nya. Memikul salib dan menyangkal diri keniscayaan. Hadirnya Kristus sebelum Dia ke Surga memang menghadapi realita penderitaan dan salib merupakan puncak daripada penderitaan Kristus. Di dalam waris yang kita terima disematkan kata penderitaan yang diajak untuk umat mengalami yaitu adalah penderitaan yang bersifat hargadidalam mengikuti-Nya. (Buku: Biblical approach to personal suffering – Pendekatan Alkitabiahterhadap penderitaan pribadi, tulisan Walter C Kaiser). Penderitaan bisa sebagai suatu harga untukseseorang ketika disiapkan untuk tugas tertentu. (Contoh: penderitaan yang dialami Yusuf sebelummenjadi pimpinan di Mesir).
Ada 3 hal yang bisa kita lakukan agar kita tahan mengalami penderitaan khususnya dalam mengikut Yesus (Call to action):
1. Mengalami Kristus.
Pada waktu kita mengalami Kristus maka kita memiliki seluruh kekayaan dalam ruang di mana Kristus berada.
2. Memikul salib-Nya.
Kristus mengajak kita untuk berani memikul salib dan itu sebagai keberanian untuk menderita. Ketika kita memikul salib kita sedang memakai mahkota, ketika kita memakai mahkota kita sedang memikul salib. (There is no cross without crown and there is no crown without cross).
3. Tetap dalam panggilan.
Tetap berada di jalur Allah karena ada berkat di dalam panggilan.
Aplikasi:
Penderitaan bisa terjadi sebagai konsekuensi dari iman sekaligus untuk membentuk karakter pengikut Kristus.
Mengacu pada penerapan Firman di atas, kita harus berani menderita untuk bisa mewarisi apa yang Allah janjikan. Bagaimana Anda menyikapi hal ini, Sharingkan pengalaman Anda masing-masing?
[HP]